Selasa, 15 Februari 2011

YUKABID IBUNDA MUSA as

Kisah tentang Musa as dituturkan pada beberapa ayat didalam Al Qur’anul karim, termasuk peristiwa yang dialaminya saat masih bayi, namun tidak disebutkan siapa nama orang tuanya. Menurut sebagian riwayat, nama ibunya adalah Yukabid binti Lawi, sedangkan bapaknya bernama Imran. Perkawinan Yukabid dan Imran dikaruniai tiga orang anak, Maryam (bukan ibunda isa as), Harun, dan Musa.
Menjelang kelahiran Musa as, terjadi kegemparan di Mesir. Fir’aun, penguasa mesir pada saat itu, bermimpi bahwa kekuasaannya akan dihancurkan oleh seorang laki laki dari kalangan Bani Israil yang dipandangnya sebagai bangsa budak. Kecemasan ini membuat Fir’aun kehilangan akal sehatnya. Ia kemudian memerintahkan prajuritnya untuk membunuh semua bayi laki laki yang lahir dair kalangan Bani Israil. Fir’aun menyebarkan mata matanya untuk mencari perempuan Bani Israil yang melahirkan anak laki laki dan membunuhnya apabila ditemukan.
Dalam kondisi seperti inilah Yukabid melahirkan Musa. Mulanya ia beharap agar anak yang sedang dikandungnya adalah anak perempuan. Tetapi apa daya, harapan tidak terkabul. Ia melahirkan bayi laki laki yang tampan, besar dan gagah. Musa adalah namanya.
Yukabid memandang anak yang baru dilahirkannya dengan perasaan gembira bercampur sedih dan cemas. Sungguh ia merasa bersyukur dengan anugrah luar biasa ini, bayi yang berwajah tampan yang matanya seolah berbicara: “tak perlu khawatir bunda, Allah bersama kita”, tetapi dibalik rasa syukurnya, terbayang tentara tentara fir’aun akan merenggut bayinya dari buaian, bahkan kemudian memenggal kepalanya tanpa ampun. Didekapnya bayi itu dengan jantung berdebar.
Yukabid dan keluarganya mencoba merahasiakan kelahiran Musa. Tetapi usaha mereka sia sia. Kabar tentang kelahiran Musa terdengar oleh mata mata fir’aun. Suatu hari, tentara Fir’aun mendatangi rumah mereka. Yukabid berusaha menyembunyikan bayinya.
Menurut sebagian riwayat, dalam keadaan panic, ia menyembunyikan bayinya didalam sebuah tungku didapur. Ajaib, atas pertolongan Allah swt, bayi itu tdak bersuara selama tentara Fir’aun menggeledah rumahnya. Akhirnya, setelah tidak berhasil menemukan bayi, mereka berlalu. Segera Yukabid mengeluarkan bayinya dan mendekapnya dengan penuh kasih sayang.
Setelah peristiwa penggeledahan itu, kurang lebih tiga bulan Yukabid merawat Musa dengan penuh kecemasan. Siang malam ia berdoa untuk keselamatan anaknya sekaligus berfikir jalan keluar apa yang harus ditempuhnya untuk menyelamatkan Musa.
Dengan caraNya, akhirnya Allah swt mengilhamkan kepada Yukabid untuk menghanyutkan anaknya disungai Nil dalam sebuah peti. Kalimat agung itu diabadikan dalam Al Qur’an surat Thaha ayat 39, “letakkanlah ia didalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu akan membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir’aun) musuhku dan musuhnya’ Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dariKu dan supaya kamu diasuh dibawah pengawasanKu”
Setelah mendapat ilham, dengan penuh rasa tawakal, Yukabid menghanyutkan Musa disungai. Hal ini diceritakan pula dalam Al Qur’an surat Al Qashash ayat 7, ”dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa;’susukanlah ia dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka jatuhkanlah ia kedalam sungai(Nil). Dan jangan kamu khawatir dan jangan pula bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul”
Peti berisi bayi Musa mulai diletakkan diatas permukaan sungai. Perlahan, aliran sungai Nil menghanyutkan peti itu. Tiba tiba muncul kecemasan di hati Yukabid. Perasaan cemas dan sedih meliputi hatinya. Apabila bukan karena pertolongan Allah, mungkin ia sudah berteriak teriak minta tolong agar orang orang menarik peti itu kembali ke tepian.
Untuk mengurangi rasa cemasnya, Yukabid memerintahkan Maryam, kakak perempuan Musa, mengikuti peti tersebut. Peti itu terombang ambing dipermainkan gelombang. Maryam terus mengikutinya. Dari kejauhan ia melihat alunan gelombang membawa peti ke aliran sungai yang memang sengaja dibelokkan ke halaman istana Fir’aun. Dikolam itu biasanya Asiah, istri Fir’aun dan dayang dayangnya, mandi sambil bercengkrama.
Maryam sangat terkejut menyaksikan kejadian itu. Ia kemudian memberitahukan kepada ibunya apa yang telah terjadi. Yukabid menjadi cemas.
Allahu Akbar, Allah maha besar lagi maha berkehendak. Bayi Musa yang sengaja diantarkan Allah menjumpai musuhnya ternyata memikat hati Asiah. Atas bujukannya, Fir’aun urung membunuhnya, bahkan menjadikan Musa sebagai anak angkat. Kejadian ini diabadikan Allah dalam kitab sucinya, “dan berkata istri Fir’aun,’ia penyejuk mata bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah mudahan ia bermanfaat bagi kita atau kita ambil ia menjadi anak’, sedang mereka tiada menyadari” (QS Al Qashash ayat 9). Betapa tenanglah hati Yukabid mendengar kabar ini.
Fir’aun dan istrinya kemudian berusahan mencarikan ibu susu bagi bayi itu. Banyak ibu yang menawarkan dirinya kepada fir’aun untuk menjadi ibu susu, namun Allah punya rencana lain. Ia mencegah Musa menyusu kepada mereka. Penolakan Musa membuat fir’aun dan istrinya bingung.
Dalam keadaan seperti itu, muncullah Maryam. Ia berkata kepada mereka, “maukah aku tunjukkan sebuah keluarga yang dapat memeliharanya untukmu dan mereka berlaku baik kepadanya?”
Fir’aun dan istrinya merasa gembira mendengar perkataan maryam. Kemudian diiringi beberapa pengawal istana mereka mengunjungi Yukabid dengan membawa Musa. Betapa bahagianya hati Yukabid melihat Musa kembali. Dengan segenap naluri keibuannya, ia pun menyusui bayinya. Musa menyusu dengan lahap.
Sebagian riwayat menceritakan, Fir’aun merasa heran melihat kejadian tersebut, kemudian bertanya, “siapakah engkau? Mengapa ia mau menyusu kepadamu, tetapi tidak kepada perempuan lain?”
Dengan tenang Yukabid menjawab,”saya seorang perempuan yang berbau harum dan memiliki air susu yang baik. Semua bayi senang menyusu kepadaku”. Hapuslah kecurigaan Fir’aun mendengar jawaban itu.
Demikianlah Yukabid kembali berkumpul dengan anaknya dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Keteguhan hatinya dan sikap tawakalnya yang tinggi pada Allah telah membuahkan keridhoan dan pertolongan Allah.
“maka Kami kembalikan dia(Musa) kepada ibunya, supaya ia merasa gembira dan tidak berduka cita, dan supaya dia mengetahui bahwa janji Allah adalah benar, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui” (QS Al Qashash ayat 13).
Kelak air susu Yukabid yang mengaliri darah Musa membuatnya tumbuh menjadi pemuda yang gagah berani. Pada saatnya, ia adalah sang penakluk yang membinasakan Fir’aun. Keteguhan Yukabid berbuah pertolongan Allah, sedangkan kebodohan Fir’aun berbuah kehancuran.

2 komentar: